Beberapa orang yang saya kenal rajin berdzikir dan bertafakur, seringkali menceritakan penglihatan, pemahaman dan berita-berita yang diperoleh pada saat berdzikir. Yang mana penglihatan, pemahaman dan berita dimaksud kadang mengenai diri orang yang bersangkutan, kerabat dekat dan atau kejadian-kejadian lain yang akan terjadi.

Menurut buku Al Ghazali (Ihya) disebutkan bahwa hal-hal tersebut pada jaman kenabian disebut wahyu, namun karena jaman kenabian sudah ditutup oleh Rasulullah SAW maka hal itu kemudian disebut dengan ilham, atau lintasan hati. Mungkin hal-hal inilah yang disalah mengertikan oleh orang jaman sekarang pada saat menerima ilham mereka merasa seperti nabi dan akhirnya mengaku menjadi nabi. Na’udzubillah min dzalik.

Beberapa kalangan tidak mau mengakui adanya ilham ini, mereka khawatir terjebak ke dalam halusinasi. Sungguh menyedihkan ! Kenapa ?

Sedikit mengenai halusinasi. Selama saya belajar Psikologi waktu kuliah, konsep halusinasi dan teman-temannya adalah berasal dari Barat, dimana dasar filosofi barat adalah materialisme! Sementara Islam diwajibkan percaya pada yang ghaib (ingat 6 rukun Iman). Jadi kalau kita memahami konsep Islam dengan filosofi keilmua barat (materialisme) akan tidak pernah sampai kaffah. Allah Maha Dhahir dan Maha Batin.

Namun, satu pertanyaan muncul. Bagaimana cara membedakan bahwa ilham yang kita terima adalah yang haq bukan yang batil ?

Dalam pelajaran agama di sekolah kita diajarkan untuk membaca Audzubillahi minasy-syaithonnirojiim untuk membentengi diri kita dari godaan dan bisikan setan yang menyesatkan. Kemudian banyak doa-doa dalam buku doa agama Islam menyebutkan doa-doa perlindungan dari bisikan setan. Dalam hadist disbutkan juga riwayat Surat Al Falaq dan An Nas dalam melindungi diri dari godaan setan. Dan masih banyak lagi, agar ilham yang peroleh dalam berdzikir adalah benar-benar yang haq.

Apakah hal itu sudah cukup ?

Kebanyakan orang yang berdzikir dan bertafakur biasanya di dasari oleh suatu niatan tertentu. Inna a’malu bin-niyyat. Semua amal tergantung niat-nya. Nah disinilah peran setan bermain. Dia akan menggoda orang berdzikir berdasarkan niatan orang dimaksud. Sehingga kadang orang digoda dengan hal-hal yang dia harapkan / niatkan.

Oleh karena itu, ada suatu riwayat Rasulullah SAW yang bisa kita jadikan pegangan. Pada waktu Haji Wada (Perpisahan) Rasulullah SAW berpidato …..bahwa telah kutinggalkan dua hal untuk umatku yaitu Al Quran dan Sunnahku….

Pada waktu itu (jaman masih SMA) pemahaman saya terhadap hadist di atas adalah sebagaimana dibawah ini:

Al Qur’an + Sunnah ———> amal perbuatan (boleh dan tidak boleh)

artinya kita memahami Al Quran + Sunnah untuk mendapatkan amal perbuatan apa yang akan kita lakukan dan amal perbuatan apa yang wajib dihindari.

Alhamdulillah, sejak saya belajar berdzikir saya dipahamkan tidak terbatas pada hal tersebut. Pemahaman dimaksud akhirnya menjadi sebagaimana dibawah ini:

Amal perbuatan / Kejadian <—–> Al Qur an + Sunnah  <—–> Amal Perbuatan / Kejadian

artinya Al Qur an + Sunnah Rasul SAW la yang menjadi PUSAT RUJUKAN.  Konkritnya seperti apa ?

Sebagai contoh dalam beberapa waktu lalu dalam berdzikir tiba-tiba dalam hati saya terbersit pertanyaan. Untuk sanjungan dan pujian kepada Rasulullah SAW tercinta terdapat sekitar 70 sholawat yang utama dari berbagai macam riwayat dan hadist.

Namun untuk pujian dan sanjungan kepada Sang Pencipta, kita sebatas mengenal hamdalah sebagaimana teks dalam Surat Al Fatihah. Dalam hati saya merasa nggak puas, sehingga dalam berdzikir saya memohon petunjuk” Ya Allah, mohon ditunjukkan pujian kepada Mu yang benar-benar mencerminkan keagungan Mu ..”  Beberapa hari kemudian sya dipahamkan doa yang diajarkan Rasulullah SAW kepada istrinya “Subhanallahi wabihamdih adada khalqihi wa adada ilmihii wazinaata arsyihi wa midada kalimatihi”.  Segala puji kepada Allah sebanyak hitungan mahluk Nya, sebanyak hitungan ilmu Nya, sebagaimana keangungan arsy-Nya dan sejumlah hitungan Kalimat Nya”.  Tapi… dalam hati masih muncul perasaan tidak puas … (kurang bersyukur juga nih..Astaghfirullah).

Akhirnya, setelah dua minggu-an kalau tidak salah, ada semacam “bisikan” untuk membuka Al Qur an Surat Saba. Pada ayat pertama yang artinya:

”  Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang dilangit dan apa yang dibumi, dan hanya bagi Nya lah segala puji di akhirat. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Agung.”

Nah setelah membaca ayat ini baru tergetar hati saya, dan langsung sujud sambil mengucapkan ayat tersebut selama beberapa lama.

Apakah bisikan terebut berupa ayat Al Qur an adalah halusinasi ??? Atau bisikan setan ??? Atau ilham yang Haq ? Kalau kita memiliki keyakinan bahwa Alqur an itu adalah Haq bukan batil, maka berlakulah hukum “Katakanlah, Yang Haq telah datang, Sesungguhnya yang Haq menghancurkan yang batil…”

Jadi secara alami, antara Haq dan Batil tidak bisa bercampur. Kalau ada yang Haq (berasal dari Allah) maka yang batil pasti tidak ada.

Nah, sahabatku bisikan / ilham yang saya maksud (sejauh yang pernah saya alami) selalu dapat dirujukkan kembali ke dalam Al Qur an dan Hadist. Selama ini, bila saya mendapat ilham / bisikan namun saya belum menemukan rujukannya ke dua Kitab Pokok tersebut maka saya anggap hal tersebut sebatas godaan dan tidak terlalu saya perhatikan.

Ada juga beberapa kejadian yang ada disekitar kita, yang ada penjelasan dari Al Qur an. Misalkan beberapa waktu ini begitu dahsyatnya berita di televisi mengenai segala macam intrik politik dari kalangan pejabat hingga turun ke jalan (demo). Saking prihatinnya, tidak sadar saya bermunajat. Tiba-tiba dalam hati muncul “AL LAHAB”  Masya Allah Astaghfirullah.

Segala sesuatu diciptakan berpasangan-pasangan (Yasin 36) ada lahir dan ada batin, ada siang dan ada malam, ada Yin dan ada Yang, Positif dan Negatif. Marilah kita tingkatkan kualitas ibadah kita tidak sekedar ibadah lahiriah saja.

Beberapa ulama Jaman Dulu menyatakan:

“Siapa yang beribadah lahir tidak disertai ibadah batin maka dia adalah fasik”

“Siapa yang beribadah batin tidak disertai ibadah lahir maka dia adalah zindik”

“Siapa yang mengumpulkan aspek lahiriah dan batiniah dalam beribadah maka dia dalam kebenaran”

Ibadah lahiriah saya yakin semua umat Islam sudah faham, sedangkan pemahaman batin hanya bisa diperoleh dengan berdzikir dalam keadaan berdiri, duduk atau berbaring.  Tidak dari membaca dari buku! Ini pengalaman pribadi saya.

Semoga bermanfaat.

Leave a comment